Hanura Hosea (lahir di Wates, 1966) menyelesaikan studi Geografi di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Setelah menamatkan studi tersebut, ia melanjutkan pendidikan Teknik Film dan Animasi serta mulai menetap di Jerman.
Sejak tahun 1992, Hanura aktif bekerja sebagai penulis lepas untuk artikel dan media massa, mendokumentasikan sebuah acara melalui foto dan video, serta membuat poster dan pamflet untuk pameran seni rupa. Beberapa riwayat keterlibatan Hanura, antara lain menjadi penulis lepas untuk: Biennale Yogyakarta VII Takes On A New Look (2003), Pameran Kekayaan Keragaman (2003), dan artikel Gemuruh Pasar yang Tidak Mencerdaskan (2003). Ia juga membuat poster dan pamflet untuk acara: Countrybution, Biennale VII Yogyakarta (2003), Soap Document (2002), dan Pameran Art On T-Shirt (2001).
Hanura Hosea meramalkan kebodohan manusia tidak akan lenyap di masa depan. Di antara pilar-pilar pengetahuan dan akal sehat yang kokoh, kebodohan menyelinap. Utopia tentang masyarakat tanpa kebodohan lebih tidak masuk akal dibandingkan cita-cita kebebasan manusia atau hidup abadi. Orang-orang "pintar" di dunia politik mengambil keputusan acakadut yang membuat mereka tampak seperti makhluk bodoh. Kaum intelektual yang terlalu yakin pada pendapatnya sendiri, atau seniman yang mengumbar fantasi melulu berada di dalamnya. Kebodohan bukanlah lawan dari kecerdasan.
Dalam karya-karya ini motif-motif kebodohan ditampilkan melalui figur-figur boneka gemuk yang tampak memendam keyakinan tertentu dalam bertindak. Sosok yang menghalangi pandangannya dengan setumpuk ember, perilaku ganjil dengan gergaji terbalik, tubuh pekerja virtual yang berevolusi menjadi kumparan bermata empat, pemuja utopia. Lukisan dikerjakan dengan tablet dan dicetak. Tema-tema kebodohan juga berdasarkan ingatan kebodohan diri seniman.
Buku die Tote Masse (Benda-benda Mati; 2022-2024), terdiri dari 117 gambar bersumber dari pengamatan keseharian tentang benda-benda tanpa jiwa. Video animasi yang diproyeksikan ke layar lebar-tampak seperti gambar-gambar yang kotor dan salah- menunjukkan semacam kompromi dengan kebodohan. Istilah gambar bagi Hanura juga membawa makna khayalan. Cara bercerita Hanura menyerupai "sabun", menyentuh, berbuih dan lenyap dalam sekejap.