Menggunakan medium spesifik yaitu keramik, Iftikhar Ahmad R (lahir di Makasar, 1996) memulai praktik keseniannya saat ia mengenyam pendidikan sarjana di program studi seni rupa Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 2015. Iftikhar percaya bahwa keramik bukan hanya sebatas medium. Melainkan sebuah material yang memiliki karakter dan gagasan, sekaligus berhubungan dengan praktik sosial masyarakat baik secara spesifik maupun general. Dalam tiga tahun terakhir, Iftikhar berusaha menelusuri material tersebut dan mengangkat isu eksistensi keramik tradisional Indonesia khususnya di sentra keramik Sitiwinangun. Upaya tersebut dilakukan Iftikhar untuk menelusuri posisi, fungsi, peran, kondisi pelaku, dan transformasi material keramik kaitannya dengan masyarakat dari waktu ke waktu.
Gagasan Iftikhar pernah ditampilkan melalui pameran Jogja Ceramic Festival Exhibition, Museumku Gerabah Timbul Raharjo (2023), Terlanjur Basah, Galeri Teras NuArt Sculpture Park (2022), Terra Cotta Nova, Virtual exhibition (2021), dan Bizen To Bandung, Soemardja Gallery (2019)
Karya ini menampilkan artefak dan image dari praktik keramik tradisi Sitiwinangun, Cirebon sebagai sebuah tanda pembacaan zaman dan kondisi keramik tradisi Sitiwinangun dulu, kini dan nanti. Melihat yang tampak secara langsung, yang samar, maupun yang tersirat untuk meramal eksistensi keramik tradisi Sitiwinangun di kemudian hari.
Kondisi eksistensi keramik tradisi Sitiwinangun saat ini mengalami degradasi, terdapat penurunan praktik keramiknya, jumlah praktisinya yang semakin berkurang serta objek keramik yang dihasilkan semakin menurun dari segi kualitas dan kuantitas. Keramik tradisi menjadi penting karena tidak hanya benda utilitas semata, namun juga sebagai perwujudan nilai-nilai budaya kelompok masyarakat tertentu. Nilai-nilai budaya yang ada bisa diakomodir melalui karakter material keramik kemudian membentuk sebuah material culture, sehingga artefak atau objek keramik bisa dijadikan sebagai media pembacaan sebuah kebudayaan baik secara mundur maupun maju.
Eksistensi keramik dibaca mundur pada masa lalu bisa diidentifikasi melalui artefak karena pada dasarnya objek keramik merekam narasi yang sedang terjadi pada saat keramik tersebut dibuat. Bisa pula dibaca maju untuk melihat atau meramal kondisinya di masa yang akan datang. Dengan melihat kualitas dan kuantitas artefak yang ada, kita bisa meramal keberadaan keramik tradisi di masa mendatang. Pembacaan artefak tidak hanya perihal eksistensi objek keramiknya, namun juga kebudayaan yang melekat pada objek keramik tersebut.