Julian Abraham 'Togar' (lahir di Medan, 1987) merupakan seorang seniman, musisi, dan pseudo-scientist. Karya-karya Togar sering mengandung kata-kata, seperti generatif, manipulatif, dan dematerialisasi. Ia sering menghubungkan satu hal dengan yang lain, menghadirkannya dalam algoritma yang kompleks untuk menghubungkan bagaimana seni, lingkungan, sains, dan teknologi saling berkaitan. Praktik ini merupakan upaya Togar untuk menyediakan alat baru dalam mengedukasi serta melibatkan seniman dan masyarakat. Togar pernah mengikuti program residensi selama dua tahun di Rijksakademie, Amsterdam (2020-2022).
Togar pernah mengikuti beberapa pameran, termasuk KHOJ, New Delhi; Kedai Kebun Forum, Yogyakarta; Sydney Biennial; National Gallery of Australia, Canberra; Galeri Nasional Indonesia; SIGN, Groningen; Jogja Biennale - Equator Series; De Appel, Amsterdam; GEDEGAP, Medan; Moderna Galerija, Ljubljana; Auto Italia South East, London; RUBANAH Underground Hub, Jakarta; CEMETI Institute for Arts and Society, Yogyakarta; documenta 15; Milan Triennale; Istanbul Biennial; dan the 58th Carnegie International (2022-2023).
Karya ini adalah sebuah ruang perhentian sementara dalam perjalanan ingatan seputar mendengarkan dan didengarkan. Selayaknya ruang membagikan sudutnya untuk peredaran udara, bunyi, dan suara. Bunyi ditata untuk saling mendengarkan dan didengarkan sebagai bagian dari keseharian. Semacam ruang penyelarasan antara yang bergerak dan yang berdiam.
Keseharian dijadikan cara untuk memahami dunia sarat singgungan. Tiap singgungan menghasilkan bebunyian. Bebunyian dikenali hingga menjadi suara. Suara adalah ingatan. Ingatan dirawat bersama-sama. Ke mana pun pergi akan dibawa.
Bagaikan malam terang rembulan. Keheningan layaknya kegelapan tanpa cahaya buatan. Menjadikan pantulan cahaya bulan sebagai sumber pemandu netra. Selaras dengan mata, telinga membutuhkan penyesuaian sebelum kembali peka. Berpadu dengan suasana, saling mengimbangi antara kata dan suara, dalam waktu sementara.
Melalui karya ini, Togar mengajak kita untuk merasakan dan memahami bunyi, dalam suasana yang penuh keakraban. Bunyi adalah media untuk diresapi sehingga dapat diketahui intisarinya, seperti halnya ramalan, yang perlu dimaknai terus menerus sesuai kondisi zaman.