Julia Sarisetiati

  • Biografi Seniman

    Julia Sarisetiati (lahir di Jakarta, 1981) merupakan lulusan dari Jurusan Fotografi di Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti. Julia adalah anggota ruangrupa, sebuah inisiatif seniman yang berbasis di Jakarta yang saat ini membawahi Gudskul Collective Studies dan Contemporary Art Ecosystem. Ia banyak terlibat dalam pengelolaan, perencanaan, proyek, dan inisiatif dalam berbagai bidang, seperti seni, desain, ekonomi, dan festival.

    Upaya Julia dalam menemukan model keberlanjutan ekonomi bagi ruang-ruang yang diinisiasi oleh seniman, melalui pengelolaan biro desain komunikasi visual RURU Corps, yang mendapat penghargaan Diageo-British Council Social Enterprise Challenge for Arts, Creative, and Tourism Organization pada tahun 2015. Pada tahun 2020, ia juga pernah mendapat penghargaan kehormatan dari Prix Ars Electronica atas proposalnya yang bertajuk Pulang Pergi, sebuah platform untuk berbagi pengetahuan antara pekerja migran aktif dan mantan. Selain itu, di akhir tahun 2022, ia membentuk sebuah unit yang beranggotakan Gertrude Flentge, Frederikke Hansen, dan Julia Sarisetiati dari kolaborasi tim artistik Documenta fifteen bernama Gudsis, sebuah ruang untuk membuat kolaborasi berkelanjutan yang berfokus pada konsep lumbung.

    Julia juga pernah terlibat dalam beberapa proyek kuratorial, seperti Artistic Direction of Documenta fifteen bersama ruangrupa (2019-2022), Migration in Asia: A Curators Forum and Joint Exhibitions yang diselenggarakan oleh Goethe Institut South Korea di Seoul, Mongolia, Berlin, dan Gwangju (2018-2019), dan OK.Pangan: 8th OK.VIDEO Indonesia Media Arts Festival (2017). Sementara itu, ia juga terlibat dalam beberapa pameran kelompok, termasuk Asian Art Biennale, National Taiwan Museum of Fine Arts, Taichung (2024), My Strange Addiction, RUBANAH Underground Hub, Jakarta (2023), dan Voices from an Archived Silence, Theater Basel, Switzerland (2020)

  • Konsep Karya

    Karya video Julia Sarisetiati (Sarjul) berasal dari tahun 2013 pada pameran Dobrak! di Cemeti Art House, Yogyakarta yang mempertemukan seniman dan peneliti. Kolaborasi Sarjul dengan Budi Mulia alias Bungen, periset sosial dan musisi melahirkan karya video tentang permainan togel. Togel adalah "toto gelap" yang artinya judi atau taruhan gelap (toto (Jawa): taruhan). Berbagai permainan judi seperti Lotto (Lotre Totalisator), Nalo (National Lotre), Porkas (Pekan Olah Raga dan Ketangkasan) maupun SDSB (Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah) pernah dilegalkan sebagai kebijakan pembangunan di Indonesia.

    Dalam video ini, empat pemain togel berupaya keras meramal dengan menggunakan rumus penjumlahan/pengurangan dan buku togel. Angka adalah kode berdimensi mistik dan indeks untuk ditafsir menurut buku tafsir mimpi. Gambar "orang kaya" dan "orang gila" mengacu pada angka berbeda, begitu pula gambar "dia mati kita hidup" punya indeks. Menurut buku togel, mistik untuk angka 8 adalah 0 dan indeksnya 3. Pemain meramal angka "togel hari ini" dari sang bandar, bisa dengan 2 atau 4 angka berbilangan 0 sampai 9. Permutasi ramalan ini sangat besar, maka peluang untuk memenangkan togel amat kecil.

    Video Sarjul menghadirkan ketidakpastian dalam strategi meramal angka togel ini. Ketidakpastian menimbulkan ketidakpastian berikutnya, dan para pemain akhirnya hanya bersandar pada harapan serta nasib baik dalam permainan penuh anekdot. Karya ini terilhami oleh realitas dunia prekariat (precarious proletariat) yang dirundung ketidakpastian dalam waktu kerja dan kesejahteraan hidup, baik secara material maupun psikologis. Sarjul dan Bungen menangkap resonansi ketidakpastian dan ketidakamanan dari eksistensi sehari-hari prekariat pada para penjudi di meja togel.

    Karya-karya seni grafis yang ditampilkan bersama video ini terinspirasi dari gambar-gambar dalam buku tafsir mimpi para penjudi togel. Cetakan ini mengandung kode-kode yang relevan dengan situasi terkini dan penanda masa depan terkait lingkungan, pangan, ekonomi dan hukum.