Stefanus Endry Pragusta (lahir di Gunungkidul, 1992) menyelesaikan studi pendidikan seni rupa di UNY Yogyakarta pada tahun 2016 dan tergabung dalam Komunitas Kukomikan sekaligus berprofesi sebagai pengajar di SMK Kabupaten Gunungkidul. Dalam enam tahun terakhir, Endry meletakkan fokus penciptaannya pada karya 3 dimensi dengan skala kecil (art toys/mini sculpture). Proses penciptaan karya Endry banyak menggunakan bahan material resin, sekaligus melakukan eksperimentasi dengan berbagai media utamanya berbahan daur ulang. Karya-karyanya berfokus pada topik keseharian dan konflik/pengalaman personalnya tentang dengan dunia pendidikan.
Karya Endry telah dipamerkan dalam format pameran berskala lokal dan internasional, seperti ALT Philippines, Ace House x Vinyl on Vinyl, Filipina (2024), MoCaf Art Festival, Vinyl on Vinyl, Filipina (2023), ABDW Project, Sinambi Farm, Gunungkidul (2022), BWP Value, Art Jakarta (2022) dan Equidistant, Tirtodipuran Link (2020)
Karya ini adalah sebagian kecil dari rangkuman romantisasi perjalanan pemilu 2024. Hari ini masyarakat terbagi menjadi 3 kubu, yang sebelumya hanya 2. Uniknya dimomen pemilu ini pergesekan sedikit (mungkin) mereda, tidak seperti tahun tahun lalu. Sebelumnya kita bisa tahu dan menebak isu apa yang akan dimainkan. Sebagai kaum minoritas, isu pemilu yang sebelumya membuat saya merasa tidak nyaman dalam berkehidupan, bahkan sampai hari ini akarnya masih terasa. Sedikit banyak isu ini sempat digoreng ulang, tapi tidak memiliki efek yang signifikan.
Tahun ini saya cukup menikmati momen pemilu. Isu yang dilempar sangat menarik: tentang Orba, Keberlanjutan Pembangunan, dan Perubahan. Tawaran ini bisa dikonsumsi semua kalangan masyarakat. Saya rasa wacana esok hari sudah bisa diramalkan oleh masyarakat melalui pengabungan isu-isu politik yang sering dikonsumsi hari ini. Harapan besar untuk tahun-tahun selanjutnya agar tetap menjaga momentum ini. Momen tentang kesadaran masyarakat membangun masa depan melalui wacana yang beredar di sekitar.