Agugn Prabowo

  • Biografi Seniman

    Agung Prabowo a.k.a Agugn (lahir di Bandung, 1985) menyelesaikan studi Seni Grafis di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB. Agugn selama ini mengeksplorasi berbagai teknik seni grafis, terutama linocuts, yang mendorongnya untuk membongkar batas-batas seni grafis dengan menggabungkan proses analog dan digital. Ia tertarik dengan topik kekhawatiran, alam, dan seni indonesia kuno untuk menawarkan kritik terhadap perspektif antropomorfik.

    Agugn menggelar pameran tunggal pertamanya berjudul Natural Mystic di Bentara Budaya Jakarta, Yogyakarta, Solo, dan Bali, sebagai hadiah pertamanya untuk Triennale Seni Grafis Indonesia 4 pada tahun 2012. Selain itu, beberapa pameran tunggal terakhirnya, antara lain Human Supremacy, Kohesi Initiatives, Yogyakarta (2023), Tour of Human Supremacy, A Place Where, diselenggarakan oleh The Backroom KL and Kohesi Initiatives, Kuala Lumpur (2023), dan Imprint Machida 2020: From Stranger to Neighbour, Machida City Museum Of Graphic Art, Tokyo (2020). Ia juga terlibat dalam berbagai pameran kelompok, termasuk International Print Exhibition, Bankside Gallery, London (2023), Intermission, Galeri RJ Katamsi, Yogyakarta (2023), New Art from Bali and Bandung, 16 Albermarle Project Space, Sydney (2022), dan Unity of Being, Duet Show with Satria Nugraha, Ruci Artspace, Jakarta (2021)

  • Konsep Karya

    Hubungan antara manusia dan alam tidak lagi serasi, tapi sumbang dan rusak. Eksploitasi besar-besaran atas alam telah menghancurkan planet kita, dan pada saat yang bersamaan merugikan spesies manusia sendiri. Spesies ini mengidap "spesies-isme" yang memandang spesies lain yang lebih rendah -binatang, tetumbuhan- layak dimanfaatkan dengan tanpa batas. Manusia adalah sosok oportunis ekologi yang akan bertahan dari kepunahan dengan mentolerir berbagai cara perkembangbiakannya, seperti hama. Dengan cara itulah supremasinya ditegakkan di masa kini.

    Motif kritis ini dihadirkan oleh Agugn melalui karya-karya cukilan berwarna dengan teknik reduksi. Lembar papan linoleum akan "habis" dengan sekali pakai. Tokoh sentral pada karya-karya Agugn yang berukuran besar adalah manusia berkepala dua, mewakili sifat gandanya: makhluk superior yang sekaligus penuh luka. Sekelilingnya adalah alam yang merunduk dengan tetumbuhan berduri tajam, berbuah tengkorak manusia, burung-burung serta serangga yang berkemampuan adaptasi. Pola komposisi yang digunakan untuk karya berukuran besar ini (Painless Growth) hampir simetris, menggabungkan rangkaian bingkai. Pembagian ini melambangkan sifat dunia kita yang terfragmentasi, dan upaya untuk melindunginya tersebar serta terputus-putus. Bumi berwarna keunguan tampak meleleh pada genggaman tangan raksasa yang mati rasa, berpeluang terbatas untuk bertahan seperti tampak pada karya berukuran lebih kecil, Painful Grasp (Study #3 for Painless Growth).

    Warna perak berkilau pada kertas bertekstur buatan tangan membersitkan kamuflase: dunia yang seakan-akan tertata namun penuh kebinasaan. Dualitas ini menimbulkan keseimbangan rumit untuk keberlanjutan kehidupan di masa depan.

Represented by :