Subandi Giyanto

  • Biografi Seniman

    Akrab dengan dunia seni dan budaya sejak kecil, Subandi Giyanto (lahir di Bantul, 1958) mulai belajar menatah dan menyungging wayang kulit gaya Yogyakarta sejak berusia 7 tahun. Ia merupakan perupa, pelaku budaya, dan pensiunan guru dengan praktik berkesenian yang berfokus pada pada wayang kulit, mural, dan lukisan. Ia banyak memuat corak tradisional dalam karyanya, misalnya figur punakawan dalam karya lukisnya. Fenomena baru yang diangkat dalam karyanya, yang berbentuk mobil, merupakan perjalanan panjang pencarian identitasnya. Sejak 2009, Subandi mengembangkan dan melahirkan beberapa inovasi dalam praktiknya, seperti membuat mural, atas saran Samuel Indratma.

    Ketertarikan Subandi pada dunia seni dan budaya telah mengantarnya untuk menerima beberapa penghargaan, antara lain Piagam Penghargaan Anugerah Kebudayaan, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (2018), Piagam Penghargaan Anugerah Prestasi, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (2017), The Best Visual Art Award, Creative Visual Art Competition, Festival Seni Internasional, Yogyakarta (2014), dan Piagam Penghargaan Seniman dan Budayawan bidang Seni Lukis Kaca, Bupati Bantul (2013).

    Sementara itu, beberapa pameran tunggal Subandi, meliputi Gilingwesi, Bentara Budaya Yogyakarta (2023), Nunggak Semi, Bentara Budaya Yogyakarta (2019), dan Gambar Pitutur, Galeri Pitoe, Yogyakarta (2005). Ia juga aktif terlibat dalam beberapa pameran kelompok, seperti Yogya Annual Art, Bale Banjar Sangkring, Yogyakarta (2024), Seni Agawe Santosa, Semarang Gallery, Semarang (2023), Transposisi, Galeri Nasional Indonesia, Jakarta (2022) dan Pekan Kebudayaan Nasional, Jakarta (2020), dan Power of Political Art , Eric Quezada Center for Culture and Politics, San Francisco, USA (2018).

  • Konsep Karya

    PRANATA MANGSA: MANGSA 1- 12 (2024)

    Para petani Jawa kuno menandai periode-periode musim (mangsa) berdasarkan penanggalan semesta yang disebut pranata mangsa. Irama alam dalam budaya agraris nenek moyang itu diramalkan lewat peredaran matahari dan rasi bintang Orion. Di mata petani, Orion sang dewa pemburu yang tampak di langit malam adalah waluku, alat untuk membajak sawah. Kalender Orionik ini merupakan patokan untuk musim tanam, mengenali perilaku binatang dan perubahan cuaca. Dalam kearifan kuno ini terkandung pula keindahan susastra.

    Pranata mangsa membagi satu tahun surya ke dalam empat musim. Yang pertama adalah musim katiga atau kemarau yang terdiri dari mangsakasa (kesatu), karo (kedua) dan katelu (ketiga). Daun-daun gugur dan terik matahari mencapai puncaknya. Hujan mulai turun pada musim kedua, labuh, berlangsung dalam mangsakapat (keempat), kalima (kelima) dan kanem (keenam). Alam mempersembahkan kehijauan dan air Sungai mengalir jernih. Lalu disusul musim yang ketiga atau mangsarendheng ketika curah hujan sangat tinggi, berlangsung selama mangsakapitu (ketujuh), kawolu (kedelapan) dan kasanga (kesembilan). Penyakit dan banjir yang meresahkan tiba, tapi itu adalah berkah terselubung bagi petani untuk menyambut musim berikutnya. Kemudian datanglah musim keempat, yaitu mangsamareng yang berlangsung pada musim kesepuluh, sebelas dan dua belas ketika burung-burung mulai menetaskan telur, menjelang tibanya kembali musim kemarau. Putaran waktu kalender kosmis ini berlangsung selama enam bulan, mulai 22 Juni hingga 21 Desember, lalu berlanjut secara terbalik selama 22 Desember sampai 21 Juni.

    Dua belas lukisan Pranata Mangsa menggambarkan tiap mangsa dengan wuku dan wataknya masing-masing. Wuku adalah penentuan hari "baik" dan "buruk" yang diramalkan melalui perputaran waktu tujuh hari, memberi identitas tokoh yang digambar. Motif wayang purwa menampilkan tokoh utama atau dewa-dewa, petikan kisah wayang digambarkan sebagai isen-isen atau pelengkap untuk keseluruhan. Pada karya-karya ini tidak hanya ada satu gaya, karena tampil wujud manusia, binatang dan obyek teknologi yang tidak pipih seperti wayang, Sebagian mengingatkan juga gaya gambar wayang beber. Kecermatan dalam menggambar wayang klasik gaya Yogyakarta menunjukkan bahwa Subandi adalah ahli penatah wayang. Melukis motif wayang tidak dapat diartikan sekadar memenuhi pakem, tapi secara hakiki "pulang kepada cerita".

    Ketika sang pelukis belum lama ini pulang ke desa asalnya, nyanyian tonggeret (Cicadidae) sudah terdengar di mana-mana, padahal mangsa-nya belum tiba. Nyanyian tonggeret bermakna terbitnya sabda mulia. Alam sudah berubah, tidak bisa lagi diramalkan melalui patokan pranata mangsa.

  • Pranata Mangsa

    Secara umum, kalender yang paling banyak dipergunakan saat ini didasarkan pada peran penting dua benda langit, yaitu Matahari dan Bulan. Selain itu, beberapa kebudayaan mempergunakan kombinasi Matahari (Solar)-Bulan (Lunar) sebagai patokan sistem kalendernya, seperti yang dipergunakan bangsa China serta Mesir Kuno. Kehidupan masyarakat agraris di Nusantara tidak hanya berdasar pada Bulan dan Matahari, namun dalam tradisi nenek moyang Indonesia, utamanya yang berprofesi sebagai petani dan nelayan memanfaatkan pengetahuan astronomi, ekologi serta biologi dalam penyusunan kalendernya, serta mempergunakan patokan beberapa benda langit yang lain, seperti Rasi Pleiades serta Rasi Orion. Mereka juga menyesuaikan dengan siklus musim serta siklus hidup lainnya. Sistem kalender yang cukup pelik tersebut dikenal sebagai Pranatamangsa (ketentuan musim).

    Pengertian Pranata Mangsa

    Pranata Mangsa berasal dari dua kata, yaitu Pranata yang berarti aturan dan Mangsa yang berarti musim atau waktu. Jadi Pranata Mangsa adalah aturan waktu yang digunakan para petani sebagai penentuan atau mengerjakan sesuatu pekerjaan.

    Pranata mangsa adalah semacam penanggalan yang berkaitan dengan musim menurut pemahaman suku Jawa, khususnya dari kalangan petani dan nelayan. Pemahaman seperti ini juga dikenal oleh suku-suku lainnya di Indonesia, seperti suku Sunda dan suku Bali (dikenal sebagai Kerta Masa).

    Sejarah Pranata Mangsa

    Bentuk formal pranata mangsa diperkenalkan pada masa Sunan Pakubuwana VII (raja Surakarta) dan mulai dipakai sejak 22 Juni 1856, dimaksudkan sebagai pedoman bagi para petani pada masa itu karena penanggalan bulan dianggap tidak memadai sebagai patokan para petani untuk bertanam. Perlu disadari bahwa penanaman padi pada waktu itu hanya berlangsung sekali setahun, diikuti oleh palawija atau padi gogo. Selain itu, pranata mangsa pada masa itu dimaksudkan sebagai petunjuk bagi pihak-pihak terkait untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana alam, mengingat teknologi prakiraan cuaca belum dikenal. Pranata mangsa dalam bentuk "kumpulan pengetahuan" lisan tersebut hingga kini masih diterapkan oleh sekelompok orang dan sedikit banyak merupakan pengamatan terhadap gejala-gejala alam

    Terdapat petunjuk bahwa masyarakat Jawa, khususnya yang bermukim di wilayah sekitar Gunung Merapi, Gunung Merbabu, sampai Gunung Lawu, telah mengenal prinsip-prinsip pranata mangsa jauh sebelum kedatangan pengaruh dari India. Prinsip-prinsip ini berbasis peredaran matahari di langit dan peredaran rasi bintang Waluku (Orion). Di wilayah ini, penduduknya menerapkan penanggalan berbasis peredaran matahari dan rasi bintang sebagai bagian dari keselarasan hidup mengikuti perubahan irama alam dalam setahun. Pengetahuan ini dapat diperkirakan telah diwariskan secara turun-temurun sejak periode Kerajaan Medang (Mataram Hindu) dari abad ke-9 sampai dengan periode Kesultanan Mataram di abad ke-17 sebagai panduan dalam bidang pertanian, ekonomi, administrasi, dan pertahanan (kemiliteran)

    Musim dapat dikaitkan pula dengan perilaku hewan, perkembangan tumbuhan, situasi alam sekitar, yang dalam praktiknya amat berkaitan dengan kultur agraris. Berdasarkan ciri-ciri ini, satu tahun juga dapat dibagi menjadi empat musim utama dan dua musim “kecil”: Terang (“langit cerah”, 82 hari), Semplah (“penderitaan”, 99 hari) dengan mangsa kecil Paceklik pada 23 hari pertama, Udan (“musim hujan”, 86 hari), dan Pangarep-arep (“penuh harap”, 98/99 hari) dengan mangsa kecil Panèn pada 23 hari terakhir. Dalam pembagian yang lebih rinci, satu tahun dibagi menjadi 12 musim (mangsa) yang rentang waktunya lebih singkat namun dengan jangka waktu bervariasi, sesuai dengan yang tercantum dalam prisma pranoto mongso berikut ini:


  • Watak Mangsa
    1. Mangsa Kasa (ke-Satu)

      Nama bulannya : Kartika

      Bintang yang menaungi lintang Mesa/domba

      Dewanya : Bathara Wisnu

      Mulai 22 Juni, umurnya 41 hari

      Para petani membakar sisa batang padi,yang masih tersisa di sawah. Pada masa ini petani mulai menanam palawija,Binatang belalang mulai membuat liang, bertelur,dedaunan di pohon mulai rontok dan batang dan rantingnya saja.

      Candranya sotya murca ing embanan mata cincin(Mutiara) lepas dari ukiran cincinnya,dedaunan rontok dari pohonnya, pohonan tinggal rantingnya.

      Arah angin dari timur laut kearah barat daya 18 km/jam.

      Sinar matahari sekitar76%,kelembapan udara sekitar 52%,curah hujan sekitar 0 mm, suhu udara sekitar 20 oC-32 oC.

    2. Mangsa Karo (ke-Dua)

      Nama bulannya Pusa

      Bintang yang menaungi lintang Prasada/Banteng

      Dewanya : Bathara Sambu

      Mulai 2 Agustus, umurnya 23 hari

      Palawija mulai tumbuh,pohon randu dan mangga mulai bersemi,tanah banyak yang retak.

      Candrane bantala rengka tanah tanah mulai banyak yang retak retak.

      Arah angin dari timur laut kebarat daya sepoy-sepoy kecepatan 18 km/Jam.

      Sinar matahari sekitar76%, kelembaban udara sekitar 52%,curah hujan sekitar 0 mm, suhu udara sekitar 20 oC-34 oC.

    3. Mangsa Katiga (ke-Tiga)

      Nama bulannya Manggasri

      Bintang yang menaungi lintang Mintuna

      Dewanya : Bathara Rudra

      Mulai 25 Agustus, umurnya 24 hari

      Masanya tanah tidak bisa ditanami sebab kering,udara panas dan tidak ada air. Kemarau saatnya mulai panen palawija,tanaman bambu,gadung,temu,kunyit,ubi mulai tunas.

      Candrane suta manut ing bapa anak mengikuti bapak,tumbuhan merambat mengikuti alur pancangan lanjarannya.

      Arah angin dari utara ke selatan berdebu kecepatan diatas 18 Km/Jam.

      Sinar matahari sekitar 76%,kelembaban udara sekitar 52%,curah hujan sekitar 0 mm,suhu udara sekitar 20 oC-34 oC

    4. Mangsa Kapat (ke-Empat)

      Nama bulannya Sitra

      Bintang yang menaungi lintang Rekata

      Dewanya : Bathara Yamadipati

      Mulai 19 September umur 25 hari

      Sawah sawah tidak ada tanamannya sebab musim kemarau,para petani panen palawija dan mulai menggarap tanahnya untuk menanam padi gaga,pohon randu mulai berbuah ,burung burung kecil seperti burung pipit,burung manyar mulai membuat sarang dan bertelur.

      Candranya waspa kumembeng jroning kalbu, air mata(eluh:Jawa) penuh (kumembeng/kembeng/kebak:jawa) dalam hati, sumber air mulai kering tersimpan dalam tanah. Akhir mangsa mulai mendung gelap tetapi sering hilang.

      Arah angin dari barat laut ke tenggara, udara sepoy teapi kering dan terasa panas kecepatan 18 Km/Jam.

      Sinar matahari sekitar 72 %,kelembaban udara sekitar 60,1%,curah hujan sekitar 0%,suhu udara sekitar 20 oC-34 oC

    5. Mangsa Kalima (ke-Lima)

      Nama bulannya Manggala

      Bintang yang menaungi lintang Singha/Singa

      Dewanya : Bathara Metri

      Mulai 14 oktober umurnya 27 hari

      Mulai turun hujan,kadang kadang hujannya deras, tanah mulai basah dan tumbuh lumut, para petani mulai membenahi selokan sekitar sawahnya agar aliran air lancar. Mulai menyebar padi gaga, pohon asam mulai tumbuh daun muda(sinom),kunyit,gadung mulai berdaun banyak, macam-macam ulat,ular dan lalat mulai bermunculan,

      Candranya pancuran emas sumawur ing jagat bermakna hujan turun ke bumi.

      Arah angin dari barat laut kearah tenggara terasa kencang kecepatan diatas 18 Km/Jam.

      Sinar matahari sekitar 72 %,kelembaban udara sekitar 60,1%,curah hujan sekitar 151,1%,suhu udara sekitar 20 oC-34 oC

    6. Mangsa Kanem (ke-Enam)

      Nama bulannya Naya

      Bintang yang menaungi lintang Kenya/Rr Kenya

      Dewanya : Bathara Naya

      Mulai tanggal 10 Nopember umurnya 43 hari

      Para petani mulai pekerjaannya di sawah menyebar bibit di pawinihan (tempat persemaian), udara basah terasa dingin, banyak buah buahan rambutan,manga,manggis dan durian mulai masak, burung belibis mulai kelihatan di kolam dan persawahan.

      Candranya rasa mulya kasucian yaitu masa banyak buah buahan.

      Petani mulai membajak di sawah, lipas mulai bermunculan.

      Arah angin dari barat ketimur terasa kencang kecepatan diatas 18 Km/jam.

      Sinar matahari sekitar 72 %,kelembaban udara sekitar 60,1%,curah hujan diatas 402,2%,suhu udara sekitar 24 oC-33 oC

    7. Mangsa Kapitu (ke-Tujuh)

      Nama bulannya Palguna

      Bintang yang menaungi lintang Tula/Neraca

      Dewanya : Bathara Brama

      Mulai tanggal 23 Desember, umurnya 43 hari

      Para petani mulai tandur(menanam padi) di sawah,banyak hujan,sungai sungai mulai meluap banjir. Udara basah dan dingin. Burung burung susah mencari makan.

      Candranya wisa kentir ing maruta, musim banyak penyakit. Sungai sungai banjir dan banyak angin kecepatan diatas 18 Km/Jam.

      Sinar matahari sekitar 67 %,kelembaban udara sekitar 80 %,curah hujan sekitar 501,4%,suhu udara sekitar 24 oC- 33 oC.

    8. Mangsa Kawolu (ke-Delapan)

      mulai 4 Februari

      Nama bulannya Wisaka

      Dewanya : Bathara Chandra

      Bintang yang menaungi lintang Mraceka

      Mulai 4 Februari, umurnya 26 hari,dalam 4 tahun sekali umurnya 27 hari.

      Hujan mulai berkurang, mulai ada panas,sawah sudah mulai hijau ada yang mulai berbunga,

      Ada juga yang berbuah,panen jagung tegalan(jagung gemodog =enak kalau direbus) ,uret/larva,ulat mulai banyak.

      Candranya anjrah jroning kayun, hatinya senang bergairah waroto jroning karep,mangsane kucing gandik(kawin) .

      Arah angin dari barat daya ke timur laut sifatnya kencang dan bolak balik kecepatan diatas 18 Km/Jam.

      Sinar matahari sekitar 67 %,kelembaban udara sekitar 80 %,curah hujan sekitar 371,8 mm, suhu udara sekitar 20 oC- 32 oC.

    9. Mangsa Kasongo(ke-Sembilan)

      Nama bulannya Jita

      Bintang yang menaungi lintang Danuh

      Dewanya : Bathara Wasana

      Mulai 1 maret umur 25 hari

      Hujan mulai berkurang,padi mulai berbunga dan ada yang mulai berbuah ada yang merkatak atau menguning.

      Buah jeruk manis dan duku mulai masak,sebangsa belalang mulai keluar, kucing kawin,cenggeret mulai berbunyi.

      Candranya wedaring wacana mulya masanya jangkrik,gangsir berbunyi(ngentir)gareng mulai berbunyi ngereng,jangkerik keluar dan tonggeret muncul diatas pohon.

      Arah angin dari arah selatan amat kuat dan tetap kecepatan diatas 18 km/jam.

      Sinar matahari sekitar 72 %,kelembaban udara sekitar 80 %,curah hujan sekitar 252,5 mm, suhu udara sekitar 20 oC-32 oC

    10. Mangsa Kasepuluh (ke-Sepuluh)

      Nama bulannya Srawana

      Bintang yang menaungi lintang Makara

      Dewanya : Bathara Basuki

      Mulai tanggal 26 maret,umurnya 24 hari

      Hujang mulai sedikit,padi mulai menguning, panen padi gaga,banyak Binatang bunting,burung burung kecil mulai mengeram dan ada yang mulai menetas.

      Candranya gedong minep jroning kalbu rumah tertutup dalam hati,Binatang Binatang mulai bunting. Burung membuat sarang untuk bertelur dan menetaskan.

      Arah angin dari tenggara kuat dan tetap kecepatan diatas 18 km/jam.

      Sinar matahari sekitar 60 %,kelembaban udara sekitar 74 %,curah hujan sekitar 181,6 mm, suhu udara sekitar 20 oC- 32 oC.

    11. Mangsa Dhesta (ke-Sebelas)

      Nama bulannya Padrawana

      Bintang yang menaungi lintang Kumba

      Dewanya : Bathara Indra

      Mulai 19 April, umurnya 23 hari

      Hujan semakin berkurang, suhu udara panas,tanaman umbi mulai menua,petani mulai panen raya petani memotong padi.

      Candranya sotya sinara wedi isi hatinya ditumpahkan semua pada yang paling dekat, yaitu musim burung menyuapi anak-anaknya. Sebagian burung mengerami.

      Arah angin dari tenggara ke timur laut kuat dan tetap kecepatan diatas 18 km/jam.

      Sinar matahari sekitar 60 %,kelembaban udara sekitar 74 %,curah hujan sekitar 129,1 mm, suhu udara sekitar 20 oC-27,8 oC.

    12. Mangsa sadha (ke-Dua belas)

      Nama bulannya Asuji

      Bintang yang menaungi lintang mina

      Dewanya : Bathara Ghana

      Mulai 12 mei umur 41 hari

      Hujan jarang,usai panen para petani menjemur padinya dan Sebagian memasukkannya dalam lumbung. Di sawah tinggal Jerami kering. Di dataran tinggi nanas,jeruk keprok dan asam mulai masak.

      Candranya tirto sah ing sasono seperti keringat hilang dari tubuhnya, air pergi dari tempatnya,masa ini mulai bedhidhing kalau malam dingin siang panas tapi manusia jarang berkeringat sebab udara dingin.

      Arah angin dari timur ke barat sepoy kecepatan sekitar 18km/jam.

      Sinar matahari sekitar 60 %,kelembaban udara sekitar 74 %,curah hujan sekitar 149,2 mm, suhu udara sekitar 20 oC-27,8 oC.