Alisa Chunchue

  • Biografi Seniman

    Menyelesaikan studi patung di Silapakorn University, Thailand pada tahun 2016, Alisa Chunchue (lahir di Bangkok, 1991) merupakan seniman yang bekerja dengan beragam medium dan disiplin dalam proyek berskala besar. Ragam medium yang ia pakai meliputi elemen-elemen patung (sculptural elements), instalasi, drawing, dan performance. Karya-karya Alisa menelusuri pertanyaan fundamental mengenai makna dan keberadaan manusia di dunia, baik dalam kondisi fisik maupun mental. Penelusuran Alisa tersebut dituangkan melalui penggunaan elemen patung, seperti tubuh (living bodies) yang menurutnya rapuh dan tidak kekal, untuk mengajak penikmat karyanya mengingat dan memunculkan momen serta keadaan yang tertunda dalam hidup. Menggunakan tubuh sebagai tumpuan penyelidikan sekaligus memadukannya dengan fisika, komputasi, waktu, riwayat medis, serta literatur, ia berupaya untuk mengubah kekhawatiran personalnya menjadi sebuah pernyataan yang lebih luas cakupannya.

    Alisa telah mengikuti beragam pameran lokal dan internasional, antara lain Routes, Milan (2021), ReA! Art Fair, Milan(2020), Solo-Sans-Solo, Ho Chi Minh City, (2019), Absurdity in Paradise, Museum Fridericianum, Kassel (2018), Forecast Platform, Haus der Kulturen der Welt, Berlin (2018), dan Early Years Project #2, Bangkok Art and Culture Centre, Bangkok (2018).

    Alisa juga pernah mendapatkan beberapa dana hibah, antara lain Prince Claus Seed Awards (2022), REA ART PRIZE, Milan (2020), Micro Grant Funding, AFA Masterclass (2020), dan Artist Residency Funding Award dari Early Years project #2 oleh Bangkok Art and Culture Centre (2018) serta mendapat pendanaan penuh dalam program A.farm Residency, Ho Chi Minh City (2018-2019).

  • Konsep Karya

    Tema ARTJOG 2024 'Motif: Ramalan' menjadi panduan, mengajak pengunjung untuk menafsirkan, berspekulasi, dan berdialog dengan karya seni, menguak misteri di dalamnya.

    Karya Alisa Chunchue dari seri 'Crashing' dan 'Wound' merupakan bagian dari 'The

    Resonance Project', proyek yang muncul dari catatan hariannya tentang pengalaman di rumah sakit. 'Crashing' terinspirasi dari buku yang ditulis oleh ahli bedah saraf Amerika Paul

    Kalathini, 'When Breath Becomes Air'. Dalam bukunya, Kalanithi membahas bahwa akar kata 'bencana' berarti bintang yang hancur, gambaran yang mengekspresikan pandangan mata pasien saat mendengar diagnosis. Kata itu kemudian berspekulasi tentang kehancuran hidup dan keluarga yang terkoyak oleh penyakit, keadaan hancur yang dirasakan baik secara fisik maupun mental.

    Proyek ini dikembangkan sebagai analogi untuk pengalaman pribadi seniman dan kemudian diungkapkan secara interpretatif melalui praktik artistik. Karya-karya 'A star coming apart' dan 'Falling from a late night', 'Following the light', dengan demikian merujuk pada pecahan-pecahan informasi yang tiba-tiba muncul dalam benaknya dari mimpi, nostalgia, halusinasi, dan fenomena yang terbentuk oleh kekuatan fisik jatuh dan terpental. 'Wound', adalah prosedur meditasi yang terinspirasi oleh luka autopsi pada mayat manusia di Museum Anatomi Condon di Bangkok. Jahitan bedah dan pola jahitan yang berjalan kemudian direplikasi di atas kertas dan dengan media kaca. Proses menggambar terdiri dari mempelajari dan mereplikasi jahitan bedah, mengikuti arah tusukan jarum ke dalam daging, dan membuat tabel pola untuk interval yang konsisten.

    Chunchue mempertanyakan proses transformasi bekas luka dengan mengandalkan pengalaman bedahnya sendiri dan bekas luka otopsi pada tubuh kekasihnya, yang merupakan sisa-sisa yang meninggalkan jejak pada tubuh dan kenangan apakah luka itu akan sembuh atau tidak. Chunchue menggunakan pensil dengan cara yang sama seperti jarum suntik dokter bedah menembus daging. Dengan kata lain, proses menggambar berulang ini merupakan meditasi yang memotivasi dirinya untuk sembuh sepenuhnya dari keadaan hancur dan berduka. Instalasi kaca, 'Invisible Sutures' berkembang dari gambar meditatif di mana pola jahitan diubah menjadi bahasa material. Chunchue bekerja dengan kaca sebagai material yang perlu ditangani dengan hati-hati selama proses produksi. Kerapuhan sangat penting dalam kedua material dan bagaimana kita merawat tubuh dengan lembut. Seri 'Wound' kemudian berpusat pada waktu dan proses pembuatan karya, bukan makna di balik gambar. Penyajian 'Crashing' dan 'Wound' di ruangan yang sama memungkinkan percakapan tentang masa kini dan masa depan. 'The Resonance Project' muncul dari sifat spekulatif saat berada di masa kini (Crashing) menuju proses meditatif merangkul diri sendiri untuk masa depan (Wound).