Sebagai seniman yang bekerja dalam beberapa proyek seni, Ariani Darmawan (lahir di Bandung, 1977) terlibat dalam pembuatan film pendek, film dokumenter, video instalasi, dan pertunjukkan teater multimedia. Ia menyelesaikan studi Arsitektur di Universitas
Katolik Parahyangan dan melanjutkan program pascasarjana Seni Rupa di The School of the Art Institute of Chicago. Sehari-hari Ariani mengelola toko buku dan perpustakaan Kineruku yang didirikannya di Bandung sejak tahun 2003. Ia memadukan cara berpikir arsitektur dan seni rupa yang impresif untuk menekuni dunia penulisan dan gambar bergerak. Di awal karirnya, ia banyak mengeksplorasi tema kuasa dan identitas pada karya-karya.
Ariani membuat sebuah film dokumenter berjudul Anak Naga Beranak Naga (2006) yang telah ditayangkan di berbagai negara dengan mengangkat tema akulturasi budaya Tionghoa dan Betawi dalam musik gambang kromong. Selain itu, film pendeknya yang berjudul Sugiharti Halim (2008) pernah meraih penghargaan sebagai Film Fiksi Pendek Terbaik dan Film Favorit Pemirsa di Festival Film Konfiden tahun 2008. Ia juga pernah mengikuti kompetisi film dalam acara Clermont-Ferrand Film Festival, Perancis (2009). Setelah sempat berhenti berkarya selama 11 tahun, Ariani kembali menyelesaikan film pendeknya yang berjudul Jus Nanas Kue Lapis (2022). Saat ini ia sedang mempersiapkan film panjang pertamanya.
Ariani menafsir ramalan sebagai motif pembayangan kejadian-kejadian dekat di masa depan yang akan dialami seseorang. Sang peramal boleh jadi hanya mampu menerawang berdasarkan sesuatu yang umum; sesungguhnya ramalan semacam itu bisa berlaku bagi siapa saja yang diramal. Sedangkan pihak yang diramal akan menafsir ulang, tidak jauh dari keinginan, harapan dan ingatan-ingatan akan kehidupannya sendiri. Ramalan adalah tebakan atas masa depan yang disusun tambal sulam dengan berbagai permutasi kemungkinan. Meski demikian, ramal-meramal tetap menarik karena membuka celah berbagai percakapan.
Pada instalasi video ini Ariani menampilkan percakapan antara dua teman dekat yang sedang berkendara mobil, keduanya berada di bangku depan. Penumpang laki-laki di sisi kiri berbagi cerita tentang pengalamannya diramal. Ramalan itu berbunyi: semua solusi masalah hidupnya terletak pada dompet tipisnya. Penumpang di sebelah kiri membocorkan hal-hal pribadi yang berhubungan dengan kenangan paling berkesan dalam hidupnya. Si pengemudi, perempuan sejak awal sudah bersikap skeptis tentang isi ramalan itu, tapi dialah penentu arah kendaraan melaju.
Tiga layar yang membentuk ruang trapesium memproyeksikan gambar-gambar bergerak, masing-masing dari kaca depan, jendela sisi kiri dan kanan. Celah ruang ini memungkinkan penonton membayangkan diri mereka sebagai penumpang. Melalui kaca depan tampak jalanan yang membelah hijau pepohonan, jendela kiri menampilkan suasana kota, dan pada sisi kanan jalan-jalan sempit di dalam perumahan. Saat kendaraan berhenti kita sadar bahwa video ini menyajikan pengalaman dalam ruang dan waktu yang berbeda. Pada akhir perjalanan, mobil kembali ke titik awal keberangkatan.
Mirip utopia, ramalan juga mengandung ketidakpastian. Jika utopia bisa menjadi semacam kritik bagi situasi yang buruk di masa kini, ramalan lebih nyata dalam menerka kejadian di masa depan.