Trio Muharam (lahir di Bandung, 1990) menamatkan studi seni rupa di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung pada tahun 2015. Ia sempat tergabung dalam beberapa komunitas seni rupa di Bandung, Solo, dan Jakarta serta aktif bekerja sebagai perupa, penulis, dan kurator seni. Sebagai perupa, ia memiliki kecenderungan untuk memakai berbagai medium, terutama terletak pada proses eksplorasi material dan objek temuan yang membuat karya-karyanya terkesan eksperimental. Dipadukan dengan cara pandang sehari-hari, eksplorasi tersebut mendorong Muharam untuk menemukan detail-detil yang seringkali diabaikan oleh orang-orang. Muharram banyak terinspirasi oleh karya konseptual, kinetik, dan media baru (new media) yang lantas dikembangkan menjadi instrumen dalam praktik keseniannya.
Karya Muharam pernah ditampilkan dalam pameran In-Between, Cakravala (2021), BIJABA #1, Biennale Jawa Barat (2019), dan pameran tunggalnya dengan tajuk Acceptance and Realism, Bandung (2019). Sementara itu, Beberapa pameran yang pernah ia kurasi, meliputi pameran tunggal Anwar Cumin, Boleh Di Grebek, Yogyakarta (2019), pameran kelompok, Bongkar Gudang, Bandung (2018), dan pameran tunggal Shofa, Bunga & Matahari, Solo (2017).
Meminjam image-image rekaan yang seolah adalah bagian dari adegan film-film noir, saya ingin menawarkan sebuah "rangkaian" peristiwa keseharian yang "biasa aja" mengenai hidup seorang tokoh rekayasa yang ada dalam setiap gambar. Seperti halnya pada setiap kisah hidup tokoh sejarah, di kemudian hari kisah tersebut akan diglorifikasi dan tak jarang menjadi komoditas, seolah peristiwa masa lalu mesti dirayakan dalam perspektif masa depan. Komodifikasi, industrialisasi dan serangkaian kerja kapital kemudian terefleksi dalam wujud-wujud benda yang sering kita temui dalam keseharian. Struk belanja, mesin kasir, layar beberapa inci, angka-angka dan pola transaksi lainnya adalah bagian dari kita hari ini. Dengan menduplikasi pola dari serangkaian proses itu, karya ini mencoba merefleksikannya dengan melibatkan interaksi antara benda seni dan apresiator.
Penggunaan teknik grafis merupakan sebuah upaya menawarkan penggandaan. Image positif-negatif merupakan praktik kesadaran awal dalam memahami proses penciptaannya, seperti dalam proses linocut, image negatif adalah proses awal sebelum dicetak. Namun pada karya ini, image positif yang biasanya dihasilkan setelah proses cetak, sengaja ditampilkan dalam refleksi cermin yang dapat dilihat secara samar dengan mengintip sekaligus menduga-duga, seperti halnya kita 'meramal' masa depan.