Atreyu Moniaga

  • Biografi Seniman

    Memiliki latar belakang pada bidang Desain Komunikasi Visual di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Atreyu Moniaga (lahir di Pontianak, 1988) menaruh perhatian pada cara kerja simbol yang menurutnya memiliki kekuatan narasi dan cerita yang mendalam. Hasrat ini memicu Moniaga untuk mengubah setiap karyanya menjadi ekspresi tulus yang lahir dari pikiran dan perasaan, dengan menampilkan kekayaan detail yang memikat dan penuh sentuhan magis. Karya-karyanya juga merupakan cerminan atas proses pencarian dan penerimaan terhadap dirinya sendiri.

    Moniaga telah memperluas cakrawala kreatifnya secara internasional, menampilkan karya-karyanya di panggung global dalam beberapa kolaborasi dengan tokoh-tokoh terkemuka, seperti perancang busana terkenal Sebastian Gunawan dan penyanyi pemenang Grammy Award bernama Jewel. Melalui Atreyu Moniaga Project yang dirancang pada tahun 2014, ia membuka ruang untuk membina seniman muda dalam bidang ilustrasi dan fotografi sebagai metode untuk mengembangkan keragaman ekspresi artistik mereka.

    Tidak hanya aktif sebagai seniman, Moniaga juga merupakan fotografer, aktor, dan mantan pengajar. Di tahun 2015, ia juga sempat membintangi film pendek karya Lucky Kuswandi berjudul The Fox Exploits the Tiger's Might, yang berkompetisi di Festival Film Cannes 2015 dalam bagian Semaine de la Critique.

  • Konsep Karya

    Lukisan Atreyu Moniaga menggambarkan semesta yang aneh. Keriuhan kanvasnya menampilkan berbagai rupa sureal yang mirip sosok setengah manusia, cenayang, peri: mutan yang seakan hidup abadi dalam sebuah mitos koloni. Gaya lukisannya yang pop dan ilustratif memperoleh pengaruh dari macam-macam kecenderungan seperti lowbrow, lukisan surealis pop, manga, animasi sampai tren warna-warni desain yang bertaburan di dunia maya. Motif keganjilan dan perubahan pada lukisan-lukisan surealis tersirat pada corak lukisan dekoratifnya. Tak jarang ide karya Atreyu juga muncul dari lirik lagu yang sedang tren.

    Atreyu tertarik menghadirkan kembali mimpi yang kerap kali masih dipercaya sebagai ramalan, seperti zaman para raja atau nabi dulu. Dia menguping cerita-cerita tentang mimpi yang bersumber dari obrolan sehari-hari yang tafsirnya cenderung emosional, mirip gosip atau takhayul. Mimpi seperti itu biasanya orang alami selama fase tertentu dalam tidur yang disebut R.E.M (Rapid Eye Movement), antara tidur dan jaga. Ramalan, angan-angan, gosip, takhayul, kultus dan tren-tren spiritualisme bercampur dalam lukisan Atreyu. Sebuah koloni imajinasi tanpa taksonomi.

    Hubungan antara pengalaman sehari-hari dan tafsir mimpi dilukiskan seperti cermin terbalik. Komposisi setangkup pada lukisannya secara paradoks mewakili mimpi indah dan buruk yang hadir secara bersamaan. Begitu pula, kejadian nyata sering dimaknai sebagai pembalikan mimpi. Bentuk-bentuknya dilukis dengan warna-warna pastel yang cerah, menghadirkan makhluk-makhluk yang suram dan suasana melankoli atau menyedihkan.