Dita Gambiro berangkat dari banyak pertanyaan soal batas, pagar, garis, tembok sebagai metafor dari prilaku kita sebagai individu atau bagian dari kelompok di sebuah masyarakat. Apakah yang membuat seseorang merasa takut, terancam, tidak nyaman dan berbeda, sehingga harus menciptakan jarak dan pemisah?
Batas fisik seperti pagar dan tembok diciptakan bukan untuk keamanan, tapi untuk menimbulkan perasaan aman. Ia dibangun bukan untuk melindungi dari yang jahat, tapi dari rasa resah dan rasa takut yang mungkin lebih berbahaya. Pagar dan tembok (batas) seringkali dibangun bukan untuk mereka yang berada di luar, tetapi untuk mereka yang berada di dalam. Terutama oleh orang-orang yang takut kehilangan. Pagar dan tembok menawarkan perlindungan. Sesuatu yang berdiri kokoh tegak dan melindungi dari ancaman. Bisa juga untuk bersembunyi terutama untuk yang memang tidak ingin terlihat, berlindung dalam bayang. Atau bisa juga menjadi sesuatu yang mengekang dan memenjarakan, membatasi pandangan dan pergerakan.