Ardi Gunawan lahir pada 1983 di Jakarta. Belajar seni rupa di Monash University, Melbourne, Australia. Menetap dan berkarya di Jakarta.
Ardi Gunawan adalah seniman lintas disiplin. Karya-karyanya meliputi lukisan, patung, instalasi berskala arsitektur, video, dan desain panggung. Karyanya untuk ARTJOG adalah seri lukisan yang berupaya 'menghidupkan' kembali genre ini melalui pendekatan material dan pewacanaan subyek yang dilukis. Praktik seni lukis pernah berkali-kali dinyatakan mati, tetapi selalu mampu hidup kembali -seperti zombi-berkat kreatifitas senimannya.
Lukisan-lukisan Ardi menggunakan material cat yang dialirkan pada permukaan kanvas. Gaya melukis ini sudah dimulai sejak masa pandemi 3 tahun lalu. Aliran cat, sampai tahap tertentu akan menyelesaikan bentuknya sendiri melalui sifat-sifat khasnya. Seniman tidak sepenuhnya berkuasa atas mediumnya, sebaliknya medium dapat menafsirkan, bahkan mengintervensi kembali rancangan yang sudah dibuat seniman. Di dalam tawar menawar antara yang sengaja dan kebetulan itulah lukisan terjadi. Cara melukis ini menghasilkan bentuk-bentuk figur yang grotesk dan lucu.
Ardi menulis, ''Subyek-subyek lukisan yang saya pilih beragam mulai dari foto keluarga, foto jurnalistik hingga berita yang tersebar di internet, Instagram, atau grup WhatsApp, hingga potret Gubernur Jenderal VOC karya Raden Saleh dari abad 19. Subyek-subyek ini umumnya memiliki bobot keseriusan orang dewasa, tetapi saya ingin mengubahnya menjadi bahasa lukisan maupun tulisan dengan menggunakan kacamata kekanak-kanakan... Lukisan saya juga meminjam bahasa visual satir yang banyak ditemukan dalam karikatur, dan mencoba menerjemahkan sejauh mungkin dari sejarah yang terkandung dalam gambar aslinya.''
Dengan mengkarikaturkan subyek-subyek yang dilukis, Ardi mengedepankan perbenturan antara ''imajinasi akan fakta'' dan ''fakta''. Lukisan tidak perlu tergantung terhadap fakta karena obyek seni ini bukan sumber yang kredibel untuk merepresentasikan kebenaran. Seni akan selalu benar jika dia tetap berhalusinasi. Suatu konteks bisa mengubah makna obyek, tapi konteks justru mesti diciptakan untuk menemukan ''makna'' tak terduga dari obyek.