Faelerie, lahir pada 1994 di Wonosobo (Jawa Tengah).
Ia terutama mengasah minatnya pada ranah tekstil sejak semasa kuliah di Institut Seni Indonesia. Dalam karya rajutan benang ini ia memilih mengambil inspirasinya dari puisi panjang yang sangat terkenal karya Sanento Yuliman, berjudul Laut (1967). Puisi ini memperoleh Hadiah Sastra Horison untuk kategori Puisi Terbaik pada 1967.
Faelerie dengan terampil mengaitkan sifat ritmis rajutan dan tahapan berkesinambungan dalam pembuatan karyanya. Ia mengumpamakan irama tanpa putus, gerakan keluar masuk, menembus dan merangkum yang dikerjakannya selama merajut dengan pasang surut air laut yang tergambar melalui puisi liris itu.
Sepotong kutipan puisi Laut disajikan di sini :
Di waktu malam, laut tidaklah tidur,
dan mengempaskan ombaknya
pada karang dan pantai,
berdentam dan berderai.
Pukulannya tidak sekeras di siang hari,
namun dalam kesunyian malam,
kita mendengar bunyinya bergulung,
kian gemuruh dan mengembang.
Dan kita merasakan sekitar kita,
merasakan jalan-jalan dan rumah-rumah,
tumbuh menjadi laut,
dengan beribu suara dan gelombang.
Demikian pun jiwa kita
adalah laut yang tak pernah tidur.
Dan antara laut di dalam diri kita,
dan laut di sekitar kita,
tak ada karang pemisah ataupun pantai.
Keduanya saling menembus, saling merangkum, keduanya membentang
di atas dasar tak terukur,
gelap bersusun dengan gelap.