Kezia Alexandra lahir pada 1993 di Bali. Belajar seni rupa di Academy of Art University, San Francisco (Amerika Serikat). Menetap dan bekerja di Bali.
Dalam karya video ini Kezia menghadirkan motif-motif abstrak berupa bentuk oval berwarna hitam dan lingkaran cahaya putih. Keduanya masing-masing menyimbolkan khazanah pengetahuan kita sendiri dan jiwa yang murni saat manusia terlahir, secara tersirat menciptakan sebuah siklus spiritual tak berkesudahan antara tubuh dan roh.
Tiga makhluk pada karya ini tampak mengusung jiwa yang inosen. Ketiganya mewakili semesta tak hingga, unsur air sebelum fetus menjelma sebagai bayi, dan bumi yang menjembatani keduanya. Melalui kekosongan, air dan bumi inilah manusia membangun relasi vertikal antara tubuh yang fana dan roh yang spiritual. Sebuah apel juga tampak sebagai motif lain, menegaskan takdir perjalanan manusia mencari tahu segala hal. Sesudah tragedi buah apel di Taman Firdaus, realitas yang kita lihat tampak sangat beraneka dan punya banyak nama, termasuk kepercayaan atas Tuhan.
Motif spiritual yang beririsan dengan semacam narasi fiksi-sains di dalam karya video ini mewakili pengalaman dan ketertarikan seniman atas percampuran budaya dan berbagai bentuk kepercayaan.
Karya ini terinspirasi oleh cerita pendek ABRACADABRA (1974) karya Danarto untuk Program Open-Call, ARTJOG.