Zetta Ranniry Abidin lahir pada 2003 di Surabaya (Jawa Timur). Belajar di Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Menyertakan karyanya dalam program Open Call-ARTJOG 2023.
Karya ini dilandasi tafsir seniman atas cerita pendek absurd ABRAKADABRA (1974) karya Danarto (1941-2018). Danarto telah memparodikan percakapan antara dua tokoh utama drama tragedi karya William Shakespeare yang berjudul Hamlet (1599-1601), yakni Hamlet dan Horatio. Ada dua dialog bernas dalam cerpen tersebut yang menarik perhatian Zetta untuk memvisualkan karyanya.
Pernyataan pertama adalah ucapan Hamlet saat menjelang ajal kepada Horatio, ''Horatio, bimbinglah aku dengan kebijaksanaan Timur-mu.'' (hlm. 143).
Pernyataan kedua adalah saat Hamlet menduga bahwa keduanya sudah sama-sama mati, melalui percakapan ini:
Hamlet: ''Rasanya, kita telah menempuh perjalanan yang muskil, tetapi kita tidak pernah merasakan kesukaran. [...] Horatio, jangan-jangan kita ini sudah mati.''
Horatio: ''Mana mungkin aku mati. Kau mungkin yang telah mati.''
Hamlet: ''Mana mungkin cuma aku seorang yang mati. Kita 'kan berdua berada di sini.''
Horatio: ''Tidak. Kita berdua belum mati. Orang yang sadar bahwa dia telah mati, berarti dia belum mati. [...] Kau sebentar lagi mati. Yang terpenting usahakan kamu mati dengan tenteram.'' [...] Kau sendiri sudah tahu, bahwa kau harus mati dengan tenteram. Dan itu bukan kebijaksanaan Timur atau Barat.'' (hlm. 145-146)
Tarik menarik antara tubuh dan roh, yang jasmani dan rohani, yang fana dan yang abadi adalah situasi ambang dalam cerpen ABRAKADABRA. dengan berbagai perlambangan dari dunia magis dan sufisme Jawa oleh Danarto. Dengan cara bercerita yang khas seperti dalang pertunjukan wayang, Danarto menghadirkan lanskap sureal-metafisis mengenai roh sampai seni rupa avant-garde menurut khayalnya: patung air, patung suara dan patung cahaya. Seni rupa yang dibayangkan oleh Danarto menantang semua indera, seperti eksistensi roh yang tidak dibatasi oleh bahasa. Bagi seniman garda depan seperti Danato, ''menguasai segala macam bahasa, artinya tak memiliki bahasa.''
Didasari pandangan mengenai spiritualisme Jawa-nya yang kental, bagi Danarto, kesenian seperti itu tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu atau hukum-hukum fisik. Dinamika badan dan roh dan upaya untuk terbebas dari kungkungan fisik demi meraih pengetahuan adalah semangat yang melandasi lukisan Zetta.