Begok Oner

Begok Oner adalah nama samaran seniman grafiti. Karier jalanannya berawal pada 2017, dan sejak itu ia telah menjelajahi pelbagai kota di Indonesia dengan tagging maupun lukisan -lukisan pada tembok (throw up & piece). Ia memberi kehidupan kedua pada ruang-ruang sisa yang terabaikan, bukan sekadar memperindahnya. Jejak-jejak reruntuhan selalu sarat dengan narasi visual tentang makna siklus perjalanan. Berubahnya tempat, situs atau kota ibarat kisah perihal manusia: kelahiran, pertumbuhan dan kemunduran yang berujung dengan keruntuhan. Begog memanfaatkan puing bangunan sebagai 'kanvas' barunya. Teks-teks dan lukisan pada puing-puing batu di sini seakan menegaskan pendiriannya, bahwa reruntuhan dan kesementaraan memiliki keindahannya sendiri.

Karya Yang Terbuang Menemukan Jalan Pulang dengan Bentuk Terpampang (After Suwage dan Tita Rubi) memanfaatkan puing-puing fasad-bangunan ARTJOG 2024 yang dirobohkan sesudah pameran itu berakhir. Begog memunguti sisa reruntuhannya, merekonstruksi 'tembok' baru dan memberinya kehidupan/keindahan kedua. Pecahan-pecahan teks dengan bubuk reflektif akan terbaca lagi saat pengunjung mengarahkan flash pada karya tersebut. Sedangkan Riwayat yang Tertimbun dalam Pecahan (After Beteng Baluwarti) adalah serangkaian lukisan hiperealis yang teliti pada reruntuh tembok Beteng Baluwarti, Yogyakarta. Tahun lalu ratusan rumah, tempat ibadah dan tempat usaha warga di sekitar beteng dirobohkan untuk revitalisasi situs penting tersebut. Beteng/benteng bersejarah itu menandai mulai diberlakukannya Perjanjian Giyanti (1755) yang membagi Kerajaan Mataram menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta. Fungsi utama beteng di masa lalu adalah sebagai pertahanan dan pembatas wilayah keraton.
Begok Oner lahir di Cilacap, Jawa Tengah, 1998. Lulusan Pendidikan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret (UNS, Surakarta), 2020.