Commission Artist

Anusapati
Secret of Eden

2025 | multimedia installation, dead trees, iron, lorry, rail, 5 munggur wood sculptures and electro-acoustic music composition by Tony Maryana, undefined time period


Dalam rentang hampir empat dekade belakangan ini, Anusapati tampil sebagai perupa kontemporer terdepan yang memanfaatkan material kayu sisa untuk karya-karyanya. Kecenderungan ini terlihat sekembali dari studinya di Amerika Serikat. Karya patungnya segera meninggalkan bahasa abstraksi seni patung modern – figur/wujud terpiuh yang terpaku di atas penumpu. Sejak awal 1990-an itu Anusapati mulai menoleh ke lingkungan tradisi dan wujud perkakas yang melambangkan keakraban manusia dengan alam. Dia melenyapkan trikotomi tegas antara pohon/kayu/perkakas pada semua karya patung maupun instalasinya. Di masa itu ditengarai pula bangkitnya kecenderungan bahasa vernakuler di kalangan para perupa kontemporer di Asia Tenggara yang melahirkan keragaman estetika pascamodern.

Dua isu utama mengemuka pada pendekatan kompleks antara kehadiran patung/perkakas/materialitas/alam pada karya Anusapati. Yang pertama adalah krisis lingkungan hidup seluas buana akibat eksploitasi besar-besaran sumber-sumber alam seperti hutan dan tambang. Yang kedua, keprihatinan mendalam untuk mengaitkan praktik seni/estetika dengan kesadaran ekologis mengenai oikos atau rumah tangga semesta di mana manusia hidup. Jalan estetika yang ditempuh Anusapati adalah ‘patung sesudah seni patung’. Secret of Eden di sini menandai pemisahan sangat tipis, bahkan nyaris tak tampak antara kehidupan, seni dan alam.

Jika teknologi dan modernitas memisahkan manusia dari alam, Anusapati menggunakan batang-batang pohon dan akar mati untuk ‘menebus’nya kembali, menerobosi sekat dan batas-batas itu. Perupa ini mengintegrasikan dua masalah utama tersebut yang dengan tepat menyiratkan kearifan autopoiesis alam itu sendiri: kemampuan mengelola, meregenerasi dan mengorganisasikan dirinya sendiri. Alam merupakan jaringan kehidupan sangat kompleks yang mengalirkan limbahnya sebagai energi tak berkesudahan bagi kehidupan yang lain. Praktik Anusapati menghidupkan lagi sensus ecologicus di lingkungan seni rupa dengan memanfaatkan limbah pohon/kayu menjadi material utama karyanya.

Konsep Karya Audio Performance Anusapati

Tony Maryana — Lahir Bandung 1978, pendidikan Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Jurusan musik, minat Musikologi dengan Mayor perkusi. 

Tony Maryana, artis rekaman, komposer, musisi elektronik, pemain perkusi, dan musikolog Tony Maryana berbasis di Yogyakarta, pusat seni di Indonesia. Lulus dari Institut Seni Indonesia, ia telah bekerja di beberapa instalasi suara dan pertunjukan dengan musisi dari seluruh dunia. Dia telah menulis, merekam, dan mengadaptasi komposisi dengan artis mulai dari penyanyi hingga pemain perkusi hingga pemain saksofon. Maryana adalah anggota Total Perkusi, sebuah komunitas yang didedikasikan untuk pemain perkusi dan praktik budaya yang berkaitan dengan perkusi. Dia telah tampil baik secara kolaboratif maupun solo di berbagai edisi Yogyakarta Nelson Composer Workshop (New Zealand) Contemporary Music Festival, Pekan Komponis, October Meeting Festival. Asian music Meeting (Taiwan), AND Festival (Liverpool) , FCAC (Melbourne), karya instalasi bunyi (UENO) Jepang dan telah bekerja secara luas sebagai musisi dan komposer.

Dalam dialognya dengan karya Anusapati — Tony Maryana menghadirkan dimensi auditif lanskap pohon-pohon tua yang akarnya menembus lantai atas bangunan ini. Sebuah lori tua dan ruang kosong yang lembab menghadirkan atmosfer distopia. Di antara ruang tertutup dan sela akar dan pepohonan, terdengar suara tanah, kayu, serangga, logam, air, angin dan banyak lagi. Bebunyian sehari-hari ini adalah fragmen memori sonik yang acak. Ingatan bunyi ini menyusun dirinya sendiri sekaligus mengacaukannya kembali sebagaimana suara alam di sekeliling kita. 

Karya bunyi ini menjelajahi soundscape geofoni, antrofoni  dan biofoni— menjembatani idiom visual pohon/kayu Anusapati. Karya Tony meramu bunyi melalui perekaman langsung dan digubah dalam komposisi fraktal yang samar melalui teknik audio sintesis elektronik yang memungkinkan penciptaan pola kognitif baru bagi pendengaran. Bebunyian di sini tidak dirancang untuk mewujud sebagai ‘ilustrasi’ bagi kita yang hadir, melainkan menjadi dirinya sendiri di ruang persepsi individu. Secara reflektif, asing dan tidak pasti. Dalam ruang tempat karya seniman penunjukan ditampilkan, medium bunyi dihadirkan melalui pelantang multikanal di spasialisasi.

Bangun/Wake Up
Akusmatik Multichannel sound-work : Tony Maryana
Audio Spatialization : Gatot Danar Sulistiyanto
Audio System Designer : Bayu Prasetyo
Technical Partner : Rekambergerak
Anusapati lahir di Surakarta, 29 September 1957. Lulusan Jurusan Seni Patung, STSRI 'ASRI' (kini ISI, Institut Seni Indonesia), Yogyakarta, 1976-1983 dan Pratt Institute, Brooklyn, New York, Amerika Serikat, 1988-1990. Seniman penunjukan ARTJOG 2025.