SPECIAL PROJECT

Special Project bertujuan untuk mempresentasikan karya berbasis proyek seni partisipatif untuk menelusuri hubungan antara seni dan masyarakat. Dengan melibatkan publik sebagai bagian penting dalam presentasi karya, program ini tidak hanya menjadi strategi untuk meretas jarak antara seni dan masyarakat, tetapi juga menyajikan eksplorasi atas pendekatan artistik yang berpijak pada pengalaman bersama dalam menyoroti berbagai persoalan sosial dan budaya sehari-hari. 

ARTJOG 2025 menghadirkan tiga proyek seni dari Murakabi Movement (Yogyakarta), ruangrupa (Jakarta), dan Devfto Printmaking Institute (Bali) untuk menyelami gagasan tentang bentuk praktik kesenian yang melibatkan publik secara langsung pada karya. Secara interaktif, terdapat sejumlah diskusi dan lokakarya sebagai elemen yang melengkapi keberlangsungan dan kekayaan wacana dari karya yang sedang dipamerkan.

DAFTAR
DEVFTO Printmaking Institute
DEVFTO Printmaking Institute menggunakan nama 'institut' untuk membedakan kelembagaan dan kiprahnya di tengah kehadiran studio cetak seni grafis lainnya yang mulai marak di Indonesia. Pendirian DEVTO untuk mengedukasi seniman, publik seni maupun para kolektornya dalam medan seni rupa di Indonesia yang rata-rata masih cukup berjarak dengan perkembangan genre seni grafis itu sendiri. Institut DEVFTO mendedikasikan diri untuk meningkatkan sumber daya yang mampu mendorong kemajuan para pelaku seni grafis. Upaya institut ini untuk berbagi pengetahuan dilakukan melalui workshop berkala di studio, pameran karya grafis, situs web dan media sosial. Di luar itu DEVFTO juga membuka pintu untuk bekerjasama dengan para seniman dan berbagai kalangan untuk merealisasikan proyek-proyek komisi, penelitian mengenai material kertas, pengembangan perangkat cetak, penerbitan sampai program residensi seniman.

Karier Devy di lingkungan seni grafis sudah berlangsung lama. Sebagai seniman dan fasilitator debutnya diawali dengan mendirikan Studio Red Point di Bandung, 1993. Studio ini menjadi yang satu-satunya pada masa itu sesudah meredupnya kiprah Decenta yang berdiri pada 1973. Pada 2020, Devy bergabung dengan studio cetak Black Hand Gang di Ubud, Bali, sebelum memutuskan untuk menginisiasi pendirian DEVFTO Printmaking Institute secara mandiri hingga kini. Kiprah dan dedikasinya di ranah seni grafis selama tak kurang dari 30 tahun memperoleh pengakuan dari lingkungan seni rupa kontemporer di Indonesia; membuahkan julukan sebagai master printmaker satu-satunya di negeri ini.
SELENGKAPNYA
Murakabi Movement
Tanah Air βeta adalah judul presentasi dan manifesto Murakabi dalam pameran ini. Tanah Air bagi Murakabi bukanlah warisan beku, tetapi ruang hidup bersama yang mesti dikembangkan dan diuji kembali. Istilah 'βeta' juga merujuk pada generasi dan ironi. 'βeta'-huruf kedua alfabet Yunani-adalah sebutan untuk generasi yang lahir antara tahun 2025 dan 2039, sesudah generasi Alpha. Generasi βeta akan hidup di dunia yang didominasi oleh teknologi kecerdasan buatan, yang mesti merumuskan ulang hubungan mereka dengan bumi, air dan sesamanya. Namun βeta adalah 'versi yang belum selesai': Indonesia pasca 1945 bagi Murakabi adalah ketidakpastian arah karena kebijakan yang terus berubah-ubah. Tanah Air βeta dengan demikian bukan karya seni sarat imaji, melainkan metafora untuk ruang hidup dan belajar bersama. Amalan seni Murakabi tidak berhenti pada keindahan rupa, tetapi praksis mengkaji dan membangun ulang relasi manusia Indonesia dengan tanah (dan) airnya.

Salah satu amalan ekologis Murakabi dalam pameran ini adalah dihadirkannya elemen konstruksi trasah watu. Ini adalah praktik 'teknologi' yang tepat pada pengerjaan pengerasan jalan-jalan di pedesaan yang memungkinkan air tetap meresap dan berbagai tumbuhan, khususnya tanaman obat bisa tumbuh di celah-celahnya. Keindahan trasah watu ini tentu bukan dari rautnya, tetapi dari sikap ngalah, yakni kemampuan manusia untuk merunduk pada irama alam. Berbentuk sirkular, trasah watu mengingatkan kita pada siklus alam yang memuliakan kelestarian dan keberlanjutan kehidupan. Negeri ini tercatat memiliki 74 ribu lebih desa, dan lingkungan inilah yang berada paling dekat dengan 'era lebih baru' di masa depan, ketika kemajuan Tanah Air Beta tidak hanya diukur dengan progres di bidang teknologi dan standar di dunia industri.
SELENGKAPNYA
ruangrupa
Pada 2015 ruru mendirikan Institut ruangrupa (Ir.). Inisiasi kelembagaan ini dimaksudkan untuk menghadapi tantangan baru dalam ranah pendidikan-seni maupun nonseni-yang semakin kompleks di Indonesia. Pendidikan formal di sekolah-sekolah formal makin bersifat instrumental dan tidak bersentuhan dengan ruang hidup di sekitarnya. Institut ruangrupa dibayangkan sebagai sebuah 'ruang' sekolah nonformal, yang melalui media seni dan paparan teknologi digital dapat menghidupkan kembali semangat belajar yang lebih kontekstual. Institut ruangrupa kemudian menjadi salah satu cikal-bakal berdirinya Gudskul, yang ruru dirikan bersama Serrum dan Grafis Huru Hara di Jakarta, pada 2018.

Taman-ruru adalah model pengkaryaan berbasis pembelajaran. Namanya mengacu pada Perguruan Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara di Yogyakarta, 1922. Presentasi berbasis kolaborasi antara pengajar dan pembelajar ini pernah dihadirkan pada agenda Aichi Triennale 2016, bertajuk 'RURU Gakko' (Sekolah ruru) di Aichi, Jepang. Model pembelajaran ini tidak bersifat satu arah melainkan terpumpun/diskusi kelompok yang membahas isu sentral tertentu. Ruang pameran bertransformasi menjadi kelas/ruang/taman belajar bersama dengan mengedepankan kekayaan konteks lokal yang lebih mengakar namun mungkin terlupakan. Pembelajaran tidak mesti berlangsung di dalam namun bisa di luar kelas.

Sebelas peserta terpilih yang lulus seleksi ruru akan mengalami pembelajaran bersama yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Pada ujung periode kelas, tiap peserta diharapkan membuat setidaknya satu karya hasil studi bersama. Karya-karya mereka akan dipamerkan pada perayaan ulang tahun ruru ke-25, pada 3-5 Oktober di Jakarta, 2025.
SELENGKAPNYA