Masaru Tainaka

Sebuah ban sepeda dibungkus selapis kulit manusia dari kain. Benda itu berputar pelan di atas penumpu, menggulirkan peta pada kotak layar iPad yang bercahaya. Dua jenis kontak fisik ditampakkan melalui peristiwa tersebut: kontak fisik antara ban dengan lantai/penumpu dan kontak maya antara manusia dengan bumi melalui Google Maps. Google Maps adalah wahana digital yang melaluinya manusia dapat ‘menjelajahi’ dunia. Bumi adalah citra permukaannya, maka kulit ban pada karya ini sesungguhnya ‘bersentuhan’ dengan bumi.

‘Kulit manusia’, selapis kain mirip kulit yang membungkus ban pada karya Masaru ini, menyentuh permukaan bumi melalui Google Maps. Masaru mengingatkan kita akan peristiwa maya ketika (kulit) manusia dengan (kulit) bumi bersentuhan melalui citra ilusif, dipisahkan oleh layar tipis kaca. Akan tetapi, sesungguhnya justru citra itulah yang permanen atau abadi. Karya instalasi kinetik Masaru Tainaka ini menggambarkan citra narsistik teknologi yang ingin terus ada atau abadi. Wujud fisik karyanya mengingatkan buah tangan Marcel Duchamp (1887-1968) yang masyhur, yakni Bicycle Wheel (1913), dan kemudian ide di dalam karya The Large Glass (1915-1923). Duchamp menekankan mustahilnya sentuhan aktual, lebih mengedepankan pentingnya ‘abstraksi ide’ ketimbang persentuhan nyata pengunjung dengan karya seni. Karya Masaru ini menunjukkan kesejajarannya dengan tegangan antara sentuhan dan pandangan yang muncul pada karya-karya readymades-nya Duchamp.

Teknologi sejak lama menjadi medium tempat keberadaan manusia diproyeksikan. Sepanjang sejarah, evolusinya sering kali terinspirasi dari peniruan terhadap alam. Dalam karya ini, mekanisme rotasi—yang mewujudkan keberadaan manusia dan teknologi—dikontraskan dengan siklus abadi yang melekat dalam alam. Pertentangan ini mengungkap dua bentuk kontak: satu fisik, satu virtual—masing-masing merepresentasikan dua sisi dari diri kita. Di satu sisi, kita adalah makhluk yang memandang alam dengan kerinduan. Di sisi lain, kita menyimpan hasrat untuk tidak sekadar meniru alam, tetapi untuk melebur dan menjadi bagian dari siklus alaminya.
Masaru Tainaka lahir di Tokyo, Jepang, 1999. Lulusan Faculty of Art and Design, BA., Musashino Art University, Tokyo dan The Department of Media Creation, MA., Institute of Advanced Media Arts and Sciences, Õgaki, Jepang.