Raden Kukuh Hermadi

Narasi lokal yang berkembang dalam karya Raden Kukuh Hermadi lekat dengan kondisi dan latar kampung halamannya sendiri, Gunungkidul. Wilayah tandus yang sebagian besar merupakan pegunungan batu kapur ini adalah kabupaten terluas di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kawasan ini menyimpan sejumlah cekungan - termasuk kaya akan karst-dengan peninggalan prasejarah berasal dari zaman batu. Sebagian besar wilayahnya merupakan dataran tinggi, berada 200-700 meter di atas permukaan laut. Sudah sejak masa kolonial deforestasi terjadi berulang kali di bentang wilayah ini dengan beralihnya fungsi hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan.

Karya Selepas Tegalan ini adalah sebuah narasi visual tentang lingkungan Gunungkidul sesudah berbagai penebangan hutan yang terjadi di masa lampau. Akan tetapi, sejak 1980-an di wilayah itu mulai dilakukan penanaman bibit tumbuhan keras seperti jati, mahoni, sonokeling dan mete. Kukuh menyaksikan kembalinya secara perlahan-lahan kehijauan alam, hewan-hewan ternak seperti kambing dan sapi digembalakan lagi, merumput di tegalan. Dia menerapkan teknik kristik (kruissteek atau setik/tusuk silang) pada lembaran-lembaran kain goni untuk menggambarkan bentang alam baru itu. Teknik ini melahirkan citra-citra optis dan grafis yang cerah pada karyanya melalui persilangan sejajar dari warna-warni benang sulam. Bahan goni membawa persepsi kita pada kehidupan yang sulit di zaman penjajahan Jepang. Adapun kebiasaan membuat sulaman kristik sebagai hiasan di dalam rumah menandai hadirnya pengaruh yang kebarat-baratan. Pelapisan era dan penumpukan wahana pada karya ini juga membawa pesan perihal keselarasan hubungan antara manusia dan alam sekitarnya.
Raden Kukuh Hermadi lahir di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), 1995. Lulusan Fakultas Seni Rupa, Program Studi Seni Grafis, Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta, 2019.