Zuraisa

Sosok-sosok perempuan yang dihadirkan dengan penekanan outline tegas dan bersahaja pada rangkaian ubin keramik karya Zuraisa merepresentasikan nilai-nilai spiritual dan budaya. Rancangan visual yang menumpang pada pola yang pasti atau tatanan grid lurus sejajar ini kerap memanfaatkan komposisi asimetris, sehingga terkesan seperti penyimpangan. Gambaran perempuan karya Zuraisa sesungguhnya merepresentasikan wacana dan identitas gender yang luas. Mengandaikan bentuk tubuh ideal sosok perempuan yang terus berubah sepanjang zaman, ia memilih untuk menampilkan gambaran keindahan yang justru terkesan berbeda. Kebedaan, ketidaksempurnaan dan ketidaklengkapan dimaknai sebagai ciri keuletan, kemandirian dan individualitas yang melekat pada identitas perempuan. Dengan gambaran semacam itu, sosok yang dihadirkan sekaligus menantang ideal-ideal masyarakat tentang pengutamaan bentuk tubuh paripurna seraya berpihak pada yang terpinggirkan dan nonkonvensional. Di sisi lain, pada karya keramiknya muncul pula figur-figur binatang seperti ular dan harimau yang menandai metafora untuk sisi-sisi maskulinitas yang tidak dipertentangkan secara biner.

Motif perempuan dalam karya ini diidentifikasi dan terinspirasi oleh sosok Hawa. Sosok yang dianggap sakral ini adalah simbol keibuan, pengorbanan dan kepedulian. Karya instalasi dinding yang terdiri dari sepuluh susunan ubin keramik ini merefleksikan kontribusi dan jejak warna-warni serta bermakna sosok perempuan tangguh sepanjang sejarah, baik secara sosial, budaya maupun spiritual. Melalui refleksi tersebut, perempuan pada karya Zuraisa ditempatkan sebagai pilar utama dalam membangun kebajikan dan kebersamaan dengan memadukan baik unsur-unsur yang sekuler maupun yang sakral.
Lahir di Bandung, 1995. Belajar di Freie Universität Berlin (Institut für Islamwissenschaft, 2015-2017), Institut Kesenian Jakarta (IKJ, 2018), dan Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta, 2019-2024.