Budi Santoso

Budi Santoso dikenal sebagai 'pematung aktivis'. Tema-tema patungnya umumnya terkait dengan isu-isu sosial kemanusiaan aktual. Pengaruh penting aktivisme diterimanya dari pematung sekaligus sosok guru yang diidolakannya, Dolorosa Sinaga. Kekhasan bahan baku patung seperti batu, marmer, kayu dan besi menarik perhatian Budi, alih-alih terserap sepenuhnya pada tema yang digelutinya. Serangkaian patung yang dipamerkan ini menunjukkan jejak-jejak aktivismenya. Patung-patung dari batu marmer dan red jasper yang dia gunakan memanfaatkan sisa material dari desa penghasil marmer di sekitar Pacitan, Jawa Timur. Marmer adalah batuan sedimen yang mengalami kristalisasi selama jutaan tahun. Bahan baku yang dianggap kurang sempurna semacam ini tidak digunakan lagi oleh para perajin. Lubang, retak, geripis, gerumpil, keropos, terkikis justru menarik perhatiannya untuk menggarap patung-patung marmer yang mengesankan 'raw renaissance'.

Motif 'tangan' yang dijelajahi Budi Santoso adalah simbolisme: korban (Rest in Freedom), penyerahan diri (Pendosa), pengorbanan (Mother Hand), idealisme (Youth on Fire), perdamaian (Guardian of Peace), para penyintas (Sister in Peace). Tangan manusia sudah berperan penting dalam sejarah purba tentang alat. Berkembangnya sistem syaraf serta kemampuan otak manusia memungkinkan manusia mengontrol gerakan tangannya. Tangan menjadi organum organorum, alat untuk berpikir. Motif-motif tangan pada patung karya Budi di sini memancarkan daya-daya afektif. Tangan pematung aktivis kini tidak hanya mengepal atau meninju, tapi menghadirkan sesuatu yang lain.
Budi Santoso lahir di Cilacap, Jawa Tengah, 1980. Lulusan Studio Patung, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta, 2007. Bergabung dengan Lembaga Kebudayaan Taring Padi, Yogyakarta, 1999 dan Studio Somalaing, Jakarta sejak 2000.