Karya ini berangkat dari penelusuran selama satu tahun di sebuah ruang bangunan di Bali yang dihuni sekitar dua ratus keluarga-mayoritas bekerja sebagai pekerja rumahan bagi pengusaha asing. Berbeda dengan buruh pabrik, mereka bekerja dari rumah: menjahit, mencetak, atau merakit dari dapur, teras, hingga kamar tidur. Bekerja tanpa kontrak formal, tanpa jaminan kesehatan, dan tanpa pengganti utilitas, mereka dibayar per hasil. Batas antara ruang pribadi dan ruang produksi menjadi kabur, melebur dalam ritme kerja yang nyaris tak mengenal waktu.
Karya ini memperpanjang riset sebelumnya tentang pekerja rumahan, kini dalam konteks menjamurnya industri fesyen dan gaya hidup yang dibalut narasi 'ethical', 'local', dan 'sustainable'. Dalam lanskap ini, istilah seperti artisan, collaboration, dan empowerment menjelma jadi perangkat pemasaran-memoles cerita tentang perempuan yang 'diberdayakan' dan komunitas lokal yang 'dilibatkan'.
Namun karya ini justru mengajak kita masuk ke ruang-ruang abu-abu: antara tubuh-tubuh yang mencetak, hasil yang tercetak, dan sekat-sekat hidup yang membentuknya. Menyimak suara yang jarang terdengar. Meragukan narasi yang terlalu manis. Sebab di balik tiap label dan slogan, ada waktu, tubuh, dan kehidupan yang nyata-yang tak nampak dari etalase produk global yang konon menjunjung nilai-nilai mulia.
Terima kasih kepada Ridho, Ipeh, Moh, Mus, Lala, Amal, Andhita, Nalani, Enka, Widi, Fredy, Kenny
Dian Suci Rahmawati- Lahir di Yogyakarta. 1985. Ia lulusan Arsitektur UII Yogyakarta.