Faisal Kamandobat

Karya instalasi ruang dan benda Faisal Kamandobat memadukan gambar, aksara/sastra/teks dan beragam objek pahatan kayu. Gambar dan teks yang dihadirkan dalam bentangan kanvas berukuran sangat besar ini merupakan kesatuan ilustratif dari tatatan kosmis, serta mengingatkan pada gaya iluminasi pada tradisi penulisan naskah-naskah kuno. Keseluruhan teksnya digoreskan dengan aksara Arab Pegon, dimaknai dengan judul panjang, Telur Kosmik: Serat Nubuwat Kiai Jembar Manah. Aksara ini memiliki posisi penting dalam sejarah literasi di Nusantara, khususnya Islam, sebagai penghubung periode Sansekerta dan Latin. Judul lembaran 'kitab' tersebut merefleksikan kata 'amal' yang sejajar dengan 'lelakon' dalam budaya Jawa: serangkaian laku keseharian untuk memperluas (jembar) diri. 'Amal/ lelakon' dalam konteks ini bisa mencakup kegiatan rutin seperti di pasar, di ladang, kerja bakti, sedekah, sampai tahapan ritual, samadi dan tirakat untuk mencapai tujuan spiritual dan kematangan sosial tertentu.

Visualisasi dari praktik 'amal/lelakon' yang jembar (luas) dalam karya Faisal ini adalah pahatan dan ukiran bersahaja pada figur-figur dan 'tablet' pada kayu sebagai materialisasi pengetahuan ketika bertransformasi menjadi tindakan. Figur-figur tirus, lencir, semampai serupa sosok wayang, menggambarkan kesatuan mistik antara manusia dan alam, dunia nyata (real world) dan makna/bayangannya (realm world). Keseluruhan naskah tersebut menggambarkan tahapan perkembangan manusia dari lahir hingga ajal. Setiap tahapannya ditandai dengan tembang kuatrin (macapat) sebagai panduan hidup. Keberadaan wahana 'papan tulis' penting kala kitab kuning belum tersedia sebagai 'amal pengajaran' di dalam proses transmisi pengetahuan keislaman di pesantren. Pahatan-pahatan Faisal menandai lingkup wacana yang merupakan dialog mendalam antara kosmologi Islam dan Jawa, diwarnai pengamatan etnografis dari seniman terhadap kehidupan sehari-hari dan lansekap ekologi di daerah asalnya. Pemanggungan serta narasi karya ini merupakan peleburan antara mitologi/sejarah, pengetahuan/pengalaman, serta konsep mengenai semesta waktu yang tidak linier dan berdimensi satu.
Supported By:
Faisal Kamandobat, lahir di Majenang, Jawa Tengah. Ia adalah penyair, penulis, dan seniman visual. Belajar antropologi di Universitas Indonesia, Jakarta, mendirikan Sanggar Matur Nuwun, pesantren alternatif untuk pengembangan masyarakat holistik berbasis seni, sains dan spiritualitas. Peneliti di Abdurrahman Wahid Center for Peace and Humanities Universitas Indonesia (AWCPH-UI), Jakarta.