Herru Yoga


Herru Yoga menciptakan motif trauma kolektif untuk mengikat narasi pada lukisan-lukisannya. Trauma kolektif terbentuk karena kondisi masyarakat yang mengalami kekerasan struktural dan ancaman fisik, terutama perang. Yang pertama tidak kasat mata, dan yang kedua adalah kebinasaan manusia. Alih-alih memilih warna muram untuk menggambarkan tragedi perang dan kematian, kanvas Herru Yoga justru menampilkan paradoks: kecerahan. Coletan, sapuan-sapuan cerah yang memberi tekanan, garis-garis lengkung yang terlepas dari 'batasan' objeknya seakan menghadirkan gelombang keriangan. Sesungguhnya, ia memadukan teknik chiaroscuro dramatis era Barok dan gaya lukisan ekspresionisme abstrak. Latar biru kehijauan dominan muncul pada lukisan-lukisannya, sejenak mengembalikan ingatan kita pada pesona lanskap gunung-laut para pelukis Indonesia yang lampau. Tapi latar datar pada lukisan Herru Yoga adalah 'realitas nol', ketiadaan yang memungkinkan sengkarut objek-objeknya hadir.

After Guernica adalah reinterpretasi atas Guernica-nya Picasso (1937), sebuah ikon universal tentang banalitas perang. Peperangan tidak pernah usai sampai hari ini, dari Gaza hingga Myanmar. Banalitas perang memantik Herru untuk menghadirkan deformasi tubuh seperti pipa atau tampang remuk manusia yang terpiuh. The Black Funeral mengangkat gumpalan duka kolektif dan rasa kehilangan yang tak terkatakan. Breaking the Silence adalah metafora visual mengenai urgensi bersuara di tengah kenormalan semu perpolitikan hari ini. Gaya Herru Yoga dikembangkan dari studi-studi potret dan gambaran tubuh dalam lukisan-lukisan Francis Bacon (1909-1992). Bacon terkenal karena sensasi atau pelintiran dalam melukis 'Figur'. Yakni, Figur yang 'membentuk kedalaman yang dangkal, volume berongga, yang menentukan lengkungan'. Tubuh yang dilukiskan Bacon bukanlah organisme atau organisasi organ. Tubuh dalam hal ini seumpama 'telur', yakni keadaan 'tubuh sebelum representasi organik'. Intensitas Bacon melukiskan tubuh yang melampaui batas-batas organik tersebut telah menginspirasi Herru Yoga untuk menggambarkan tragedi dan banalitas kemanusiaan.
Herru Yoga lahir di Batusangkar, Sumatera Barat, 1989. Belajar di Program Studi Seni lukis, Jurusan Seni Murni, Institut Seni Indonesia dan lulusan Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Yogyakarta, 2014.