Mujahidin Nurrahman

Selama lebih dari satu dekade karya-karya Mujahidin Nurrahman mengangkat isu kekerasan, stigma budaya, politik dan ekonomi dalam agama, khususnya Islam. Stigma itu dia rasakan justru bermula dari kata pertama nama lahir dirinya sendiri, yakni 'mujahidin'. Sepatah kata itu dalam dunia Barat khususnya, terutama pasca-Peristiwa 9/11 memperoleh label sangat negatif terkait dengan aksi-aksi kekerasan dan terorisme yang dilekatkan dengan penganut Islam. Nama tersebut adalah amanah dari ayahnya, yang bermakna 'pejuang yang menggunakan rasa kasih sayang'. 'Mujahidin' adalah seorang pejuang, yang berjuang, dan 'Nurrahman' bermakna cahaya pengasih. Jelas hal itu sangat bertolak belakang dengan pemahaman dan stigma oleh dunia Barat selama ini.

Soal pemberian nama ini mendorong Mujahidin Nurrahman menyusuri kembali sosok kakek buyut Jawa-nya dari ayah dan nenek buyutnya dari sang ibu yang keturunan Sunda. Nama apa yang dia dapatkan jika menggunakan bahasa Jawa atau Sunda? Kakek buyutnya kejawen, penggemar perkutut dan pemuja keris pusaka. Nenek buyutnya dari pihak ibu adalah saudagar pemilik sawah yang kaya raya pada masanya. Akan tetapi pengetahuan rahasia perihal keris dan ilmu bertani bukan warisan keluarga, tidak menjadikan Mujahidin Jawa atau Sunda. Penggantinya adalah lingkungan budaya Islam urban dan tidak berorientasi pada tradisi pesantren.

Karya instalasi Mujahidin di ruangan ini memandatkan percakapan seniman yang intim dengan 'the other self', dirinya yang 'lain'. Teks/nama lengkap 'Mujahidin Nurrahman' ditulis ulang dengan huruf Arab Pegon, berkilau-kilau menebarkan cahaya dan pantulan kuning emasnya ke segala penjuru. Citra keris dan padi dengan raut geometris menjauh dan mendekat, mengikuti jarak dan pantulan bayangan pengunjung pada cermin yang tertangkap objek ini. Kanvas berukuran besar menggambarkan lansekap gurun pasir, kancah distopia yang tak henti di kawasan Timur Tengah. Konfigurasi objek dan bayangan paper hand-cut senjata AK 47 yang rumit -arabesque gimmick-berputar perlahan pada sumbu menegaskan suasana temaram di ruang pameran.
Mujahidin Nurrahman lahir di Bandung, 1982. Lulusan Studio Seni Grafis, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung (FSRD-ITB), Bandung, 2007.