Tema Motif: Amalan pada ARTJOG 2025 memungkasi dua pameran sebelumnya.
Motif: Lamaran (2023) menjajagi relasi kesetaraan dan timbal-balik antara subjek terundang dan pengundang, sedangkan Motif: Ramalan (2024) berupaya menjelajahi imajinasi seniman mengenai masa depan. Motif tahun ini adalah pembacaan praktik artistik di antara tegangan dunia yang otonom dan heteronom, antara satu dan banyak norma. Otonomi seni mencakup tiga hal: otonomi seniman, otonomi dunia seni dan otonomi karya seni. Akan tetapi berhadapan dengan pertanyaan mengenai fungsi karya seni, pandangan perihal semua otonomi dunia seni menjadi sungguh relatif. Ketika suatu karya seni berada di arena otonom, maka sikap tanpa pamrih, misalnya menjadi ‘laba simbolis’, dan momen estetik berubah menjadi obyek komodifikasi.
Amalan sebagai ‘motif’ di dunia seni bisa dikenali baik melalui otonomi maupun heteronomi. Keduanya tidak kedap, bukan arena yang bulat sempurna. Akan tetapi di dalam dunia seni yang berpegang pada nilai-nilai estetik yang bersifat intrinsik, motif ini seringkali tidak diperhitungkan oleh para seniman. Di sisi lain, ketika fungsi seni dipertanyakan di dalam realitas yang sungguh heteronom, strukturnya cenderung telah dibayangkan mirip tindakan. Dunia yang heteronom selalu membuyarkan batas-batas seni yang otonom.
Makna amalan dalam ARTJOG tahun ini tidak terikat pada definisi kamus yang menekankan ‘klise’ pahala. Amalan di dunia seni terbentuk baik secara intrinsik maupun ekstrinsik, dalam dan luar bahasa. Amalan adalah laku praksis sebagai subjek, baik subjek estetik, sosial, politikal, tekstual, agamis, atau sebutlah apa saja. Relasi seniman dengan dunia adalah kelindan persepsi yang menubuh, begitu pula sebaliknya. Dengan itulah kebaikan hidup bersama dapat mulai diperbincangkan dan karya seni dipandang sebagai ‘hadiah’ bagi dunia, di luar kalkulasi laba rugi yang kerap tak bisa ditakar nilainya.
Tim Kurator ARTJOG
Hendro Wiyanto, Bambang ‘Toko’ Witjaksono, Ignatia Nilu